Indonesia tidak hanya diberkahi sumber kekayaan alam
yang melimpah, namun juga diberkahi oleh seni dan kebudayaan yang indah dan
beragam. Nojorono Kudus melalui Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN),
berkolaborasi dalam proyek penelitian terhadap salah satu kebudayaan khas
Kudus, yakni Caping Kalo. Jauh sebelum istilah strootjes yang kemudian dinamai kretek dicatat Belanda, eksistensi
Caping Kalo sudah dikenal sebagai warisan budaya asli dari Kudus. Asingnya
informasi terkait Caping Kalo sebagai produk budaya khas Kudus, mendasari YKBN
untuk menjaga kelestarian Caping Kalo dari kepunahan dan minimnya literasi.
Proyek penelitian Caping Kalo, telah tercatat di surat Pencatatan
Inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal tentang Caping Kalo sebagai Ekspresi
Budaya Tradisional maupun sebagai Pengetahuan Tradisional. Penyerahan Buku
Caping Kalo secara simbolis dilakukan melalui Perwakilan Kemenkumham dan
Kemenparekraf, dan diserahkan pada Bupati Kudus HM Hartopo.
Bupati Kudus HM Hartopo mengapresiasi Nojorono Kudus
atas kontribusinya dalam pelestarian budaya khas Kudus. ”Saya atas nama Pemkab
Kudus sungguh apresiasi atas upaya yang dilakukan oleh Nojorono Kudus. Caping
Kalo merupakan bagian dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Kudus.
Oleh karena itu, semoga dengan upaya ini, Caping Kalo makin dikenal dan terjaga
dari kepunahan,” harap nya.
Sri Martono selaku Ketua Yayasan Karya Bakti
Nojorono menerangkan, dengan semakin matangnya usia Nojorono di tahun 2022 ini
diharapkan bisa membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Sesuai dengan tema yang
diambil yakni Hidup yang Menghidupi.
”Mengusung tema hidup yang menghidupi, kami harap sumbangsih Nojorono
Kudus melalui YKBN dalam proyek penelitian serta penulisan buku Caping Kalo
mampu membawa banyak manfaat untuk masyarakat kedepannya,” jelas Sri.
Sri menambahkan, Nojorono Kudus melalui YKBN,
berkomitmen untuk memberikan dukungan dan membantu pengembangan masyarakat
dengan berbagai kegiatan (income
generating activities) yang memberikan manfaat dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dalam hal ini UMKM perajin Caping Kalo. Dengan demikian, hal ini
diharapkan dapat membantu pelestarian budaya bangsa dan kearifan lokal di Jawa
Tengah, khususnya di Kabupaten Kudus.
T. Sugiyanto selaku CSR Department Head Nojorono Kudus
dalam waktu yang bersamaan menjelaskan bahwa proyek penelitian terkait Caping
Kalo ini merupakan salah satu upaya dalam menerapkan empat pilar pemberdayaan
masyarakat, khususnya di bidang budaya dan pendidikan. “Di tengah minimnya
sumber tentang Caping Kalo, Nojorono Kudus melalui Yayasan Karya Bakti Nojorono
(YKBN), berharap hasil penelitian terkait Caping Kalo ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat Kudus maupun khalayak umum kedepannya,” ungkap T. Sugiyanto.
Dengan adanya penelitian dan penulisan buku Caping
Kalo, harapannya dapat memberikan perspektif baru kepada masyarakat Indonesia
bahwa Caping Kalo yang memiliki keindahan yang khas serta identik dengan nilai
tradisional. Sehingga eksistensi Caping Kalo tidak akan terkikis oleh
perkembangan zaman dan membangkitkan kembali rasa saling memiliki dan saling
melindungi warisan budaya untuk masa depan Indonesia.